• Series ini terdiri dari 7 episode yang ceritanya berbeda-beda dan sebenarnya saling berjauhan,
tapi pada akhirnya ternyata disatukan oleh benang merah yang sangat epic!
Bahkan menurut saya,
setiap episodenya sangat layak untuk dijadikan sebuah film panjang tersendiri
-karena didukung dengan kualitas story writing yang sangat mumpuni.
Namun saat saya mencoba memahami kembali,
ya sejujurnya genre seperti ini sangat riskan sih untuk disajikan di pasar audiens Indonesia.
Untungnya, series ini dipegang Netflix,
sehingga bisa kesampaian tereksekusi dengan baik dan didistribusikan ke 190 negara! 🎊
• Bagi fans Joko Anwar, bisa jadi sudah sangat hafal aktor/aktris ‘langganan’ beliau.
Kembali lagi muncul, ada Ario Bayu, Faradina Mufti, Marissa Anita, Lukman Sardi, Fachri Albar, Asmara Abigail, dan masih banyak lagi.
Satu-satunya lead character yang fresh adalah Nirina Zubir
-yang mana pemain handal film/sinetron cinta ini ternyata bisa juga nge-blend sempurna dengan series ‘aneh’ ini! 😅
• Series ‘aneh’ ini memang ngomongin makhluk-makhluk seram, kultus mengerikan, dan hal supranatural lainnya.
Namun yang membuat series ini kaya rasa dan makin terasa ‘lezat’,
adalah peletakkan setting sosial ekonomi dan politiknya.
Kemiskinan adalah salah satu poin yang sangat terasa ditonjolkan.
Bagaimana perspektif dan problem solving khas orang masyarakat Indonesia dipertemukan dengan konteks sci-fi membuat kita merasa dekat dan relate.
Terkait poin ini, episode/setting favorit saya: yang tempat sampah, dan bioskop.
• Kuberi bintang 5 plus-plus deh buat elemen misteri, horor, dan dramanya! 💯
Satu-satunya yang bikin turn-off adalah,
elemen superpower/superhero-nya.
Iya memang CGI-nya tak sempurna,
tapi bukan perkara itu.
Build-up menuju final reveal-nya, agak memble.
Sehingga momen team-up para Antibodi,
malah jadi terasa cringe. Sorry.
Jika membandingkan bagaimana treatment yang sangat baik pada Gundala dan Sri Asih,
para Antibodi yang dipajang pada bagian akhir malah jadi kurang terasa spesial.